Sunday, December 7, 2008

Alchemyst: The Wind

Angin sepoi mulai bertiup. Para warga suku itu memandang si bocah dari

kejauhan, berbicara di antara mereka dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh si

bocah.

Sang alkemis tersenyum.

Angin mendekati si bocah dan menyentuh wajahnya.

Dia tahu percakapan si bocah dengan gurun, karena angin

tahu segalanya. Mereka bertiup melintasi dunia tanpa tempat lahir, dan tanpa

tempat mati.

"Tolonglah aku," kata si bocah. "Suatu hari kau pernah mengantarkan suara orang

yang kucintai kepadaku."

"Siapa yang mengajarimu bicara bahasa gurun dan angin?"

"Hatiku," jawab si bocah.

Angin punya banyak nama. Di bagian dunia itu, ia dinamakan sirocco, karena

angin membawa uap lembab dari samudera ke timur. Di negeri jauh tempat asal si

bocah, mereka memanggilnya levanter, karena mereka percaya ia membawakan

pasir gurun, dan pekik-pekik perang bangsa Moor. Mungkin, di tempat-tempat di

luar padang rumput di mana domba-dombanya hidup, orang mengira bahwa angin

datang dari Andalusia. Tapi, sebenarnya, angin tidak datang dari manapun, atau

pergi ke manapun; itulah mengapa angin lebih kuat dari gurun. Suatu hari orang

mungkin menanam pohon-pohon di gurun, dan bahkan beternak domba di sana,

tapi mereka tak akan pernah bisa mengekang angin.

"Kau tak dapat menjadi angin," kata angin. "Kita adalah

dua hal yang sangat berbeda."

"Itu tidak benar," kata si bocah. "Aku mempelajari rahasia-rahasia para alkemis

dalam perjalananku. Di dalam diriku ada angin, gurun, lautan, bintang-bintang dan

semua ciptaan di bumi ini. Kita semua terbuat dari tangan yang sama, dan kita

punya jiwa yang sama. Aku ingin menjadi sepertimu, mampu mencapai setiap

pojok dunia, menyeberangi lautan, meniup pasir yang menutupi hartaku, dan

membawa suara perempuan yang kucintai."

"Aku mendengar apa yang kau bicarakan dengan sang alkemis kemarin," kata

angin. "Dia berkata bahwa semua benda mempunyai Legenda Pribadinya. Tapi

manusia tidak dapat mengubah diri mereka menjadi angin."

"Tolonglah ajari aku menjadi angin sebentar saja," kata si bocah. "Agar kau dan

aku dapat berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan ketakterbatasan manusia

dan angin."

Rasa ingin tahu angin muncul, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelurnnya. Dia

ingin bicara tentang hal-hal itu, tapi tidak tahu bagaimana mengubah manusia

menjadi angin. Dan lihatlah betapa banyaknya yang sudah diketahui angin cara

melakukannya! Dia sudah menciptakan gurun, mengaramkan kapal-kapal,

memusnahkan seluruh hutan, dan berhembus melalui kota-kota yang penuh musik

dan suara-suara aneh. Ia merasa tidak terbatas, tapi di tempat ini ada seorang

bocah yang berkata bahwa ada hal-hal lain yang mestinya bisa dilakukan oleh

angin.

"Inilah yang kita sebut cinta," kata si bocah, merasa bahwa angin bakal

mengabulkan permintaannya. "Bila kau dicintai, kau dapat melakukan apapun

untuk berkreasi. Bila kau dicintai, sama sekali tak perlu memahami apa yang

sedang terjadi. karena semuanya terjadi di dalam dirimu, dan manusia bahkan

dapat mengubah diri mereka menjadi angin. Sepanjang angin membantu, tentu

saja."

Angin adalah mahluk yang pongah, dan merasa terganggu dengan apa yang

dikatakan si bocah. Ia mulai bertiup makin kencang, membuat pasir-pasir terbang.

Tapi akhirnya ia harus mengakui bahwa, walau ia sanggup berjalan mengitari

dunia, ia tidak tahu bagaimana mengubah seorang manusia menjadi angin. Dan ia

tak tahu apa-apa tentang cinta.

"Dalam perjalanan-perjalananku mengelilingi dunia, aku sering melihat orangorang

bicara tentang cinta dan mendambakan surga," kata angin, kesal karena

menyadari keterbatasan dirinya. "Mungkin lebih baik bertanya pada surga."

"Kalau begitu, bantu aku melakukannya," kata si bocah. "Penuhi tempat ini

dengan badai pasir yang dahsyat sampai matahari tertutup. Hingga aku dapat

melihat surga tanpa membutakan diri."

Maka angin pun bertiup dengan segenap kekuatannya, dan langit dipenuhi pasir.

Matahari berubah menjadi cakram emas.

0 comments:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs