Sunday, December 14, 2008

Alchemyst: The Sun

Di perkemahan, sulit untuk melihat apapun. Orang-orang gurun sudah terbiasa

dengan angin itu. Mereka menamakannya simum, dan ia lebih buruk dari badai

laut. Kuda-kuda mereka meringkik-ringkik, dan semua senjata mereka terisi pasir.

Di ketinggian, salah seorang komandan berpaling pada ketua dan berkata,

"Mungkin lebih baik ini kita akhiri!"

Mereka hampir tidak dapat melihat si bocah. Wajah mereka tertutup kain biru,

dan mata mereka menunjukkan ketakutan.

"Ayo kita hentikan ini," kata komandan lainnya.

"Aku ingin melihat kebesaran Allah," kata ketua, dengan khidmat. "Aku ingin lihat

bagaimana seorang manusia mengubah diri menjadi angin."

Tapi dia telah mencatat dalam hati nama-nama dua orang yang menampakkan

ketakutan mereka. Segera setelah angin berhenti, dia akan memecat mereka,

karena lelaki gurun sejati tidak takut pada apapun.

"Angin berkata padaku bahwa kau tahu tentang cinta," kata si bocah pada

matahari. "Jika kau tahu tentang cinta, kau juga tentu tahu tentang Jiwa Buana,

karena ia terbuat dari cinta."

"Dari tempatku berada," kata matahari, "aku dapat melihat Jiwa Buana. Ia

berkomunikasi dengan jiwaku, dan bersama-sama kami menyebabkan tanaman

tumbuh dan domba-domiba mencari tempat berteduh. Dari tempatku berada --dan

aku sungguh jauh dari bumi-- aku belajar bagaimana mencintai. Aku tahu bahwa

bila aku sedikit saja mendekati bumi, semuanya akan mati, dan Jiwa Buana tidak

akan ada lagi Jadi kami saling menghayati, dan kami saling membutuhkan, dan

kuberi ia kehidupan dan kehangatan, dan ia beri aku alasan untuk hidup."

"Jadi kau tahu tentang cinta," kata si bocah.

"Dan aku tahu tentang Jiwa Buana, karena kami berbincang lama sekali selama

perjalanan tanpa henti melalui alam semesta ini. Ia memberitahuku bahwa

masalah terbesar adalah, sampai sekarang, hanya mineral dan sayuran yang

memahami bahwa segalanya satu belaka. Bahwa tak perlu lagi bagi besi untuk

menjadi sama dengan tembaga, atau tembaga sama dengan emas. Masing-masing

menjalankan fungsi pokoknya sendiri-sendiri sebagai suatu mahluk yang unik, dan

semuanya akan menjadi simfoni kedamaian bila tangan yang menulis semua ini

berhenti pada hari kelima penciptaan.

"Tapi ada hari keenam,"lanjut matahari.

"Kau ini jadi bijak, karena kau mengamati semuanya dari kejauhan," kata si

bocah. "Tapi kau tak tahu tentang cinta. Bila tidak ada hari keenam, manusia tak

akan ada; tembaga akan selalu cuma jadi tembaga, dan timah hanya jadi timah

belaka. Benar bahwa semua punya Legenda Pribadi masing-masing, tapi suatu hari

Legenda Pribadi itu akan terwuiud. Jadi tiap-tiap benda harus berubah untuk

menjadi sesuatu yang lebih baik, dan untuk mencapai Legenda Pribadi yang baru,

sampai, suatu ketika, Jiwa Buana rnenjadi hanya satu."

Matahari memikirkan tentang hal itu, dan memutuskan untuk bersinar lebih

terang. Angin, yang menikmati percakapan itu, mulai bertiup dengan daya yang

lebih besar, sehingga matahari tidak membutakan si bocah.

"Itulah sebabnya mengapa alkemi ada," kata si bocah. "Supaya setiap orang

mencari hartanya, menemukannya, dan kemudian ingin menjadi lebih baik dari

kehidupan sebelumnya. Timah akan memainkan perannya sampai dunia tak

memerlukan timah lagi; dan kemudian timah akan harus berubah menjadi emas.

"Itulah yang dikerjakan para alkemis. Mereka memperlihatkan bahwa, jika kita

berusaha menjadi lebih baik daripada diri kita sekarang, semua yang ada di

sekeliling kita pun rnenjadi lebih baik."

"Baiklah, mengapa kau mengatakan aku tidak tahu tentang cinta?" tanya matahari

pada si bocah.

"Karena bukanlah cinta namanya bila statis seperti gurun, bukan pula cinta

namanya bila menjelajah bumi seperti angin. Dan bukan cinta namanya bila

melihat semuanya dari kejauhan, seperti yang kau lakukan. Cinta adalah daya yang

mengubah dan meningkatkan Jiwa Buana. Saat pertama kali aku menjangkaunya,

kupikir Jiwa Buana itu sempurna. Tapi kemudian, dapat kulihat bahwa Jiwa Buana

sama seperti aspek-aspek ciptaan lainnya, dan memiliki hasrat-hasrat dan perangperangnya

sendiri. Kitalah yang merawat Jiwa Buana itu, dan apakah bumi yang

kita tinggali ini akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung pada apakah

kita menjadi lebih baik atau lebih buruk Dan di situlah daya cinta masuk. Karena

ketika kita mencinta, kita selalu berjuang untuk menjadi lebih baik daripada diri

kita sekarang."

"Jadi apa yang kau inginkan dariku?" tanya matahari.

"Aku ingin kau membantuku berubah menjadi angin," jawab si bocah.

"Alam tahu aku adalah mahluk terbijak," kata matahari. "Tapi aku tidak tahu

bagaimana mengubahmu menjadi angin."

"Lalu, aku harus bertanya pada siapa?"

Matahari berpikir sejenak. Angin mendengarkan dengan seksama, dan ingin

mengatakan pada setiap penjuru dunia bahwa kearifan matahari itu terbatas.

Bahwa matahari tidak dapat menghadapi bocah ini, yang bisa berbicara Bahasa

Buana.

"Bicaralah pada tangan yang menuliskan semuanya," kata matahari.

Angin berteriak kegirangan, dan bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Tendatenda

terhempas ke tanah dari pancangnya, dan hewan-hewan terbebas dari

tambatannya. Di tebing, orang-orang saling berpegangan saat mereka berusaha

bertahan agar tak tergeming.

Si bocah berpaling pada tangan yang menulis semuanya. Saat dia melakukan hal

itu, dia merasakan alam semesta terdiam, dan dia memutuskan untuk tidak bicara.

Arus cinta mengalir dari hatinya, dan si bocah mulai berdoa. Sebuah doa yang tak

pernah ia panjatkan sebelumnya, karena itu adalah doa tanpa pinta atau katakata.

Doanya tidak bersyukur karena domba-dombanya menemukan padang rumput

yang baru; tidak meminta agar si bocah dapat menjual lebih banyak kristal; dan

tidak memohon supaya perempuan yang telah dia jumpai terus menunggunya

puIang. Dalam kesenyapan, si bocah memahami bahwa gurun, angin, dan matahari

juga mencoba untuk

memahami tanda-tanda yang ditulis oleh tangan itu, dan ingin mengikuti jalanjalan

mereka, dan mencoba memahami apa yang telah ditulis di satu zamrud. Dia

melihat bahwa pertanda-pertanda tersebar ke seluruh bumi dan langit, dan bahwa

tidak ada alasan atau makna yang melekat pada kehadiran mereka; dia dapat

melihat bahwa baik gurun, atau angin, atau matahari, ataupun manusia, tidak tahu

mengapa mereka diciptakan. Tapi bahwa tangan itu mempunyai alasan untuk

semua ini, dan bahwa hanya tangan itu yang dapat melakukan keajaibankeajaiban,

atau mengubah laut menjadi gurun...., atau manusia menjadi angin.

0 comments:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs