Sunday, December 7, 2008

Alchemyst: The Love Story 1

Akhirnya, seorang perempuan muda yang tidak berpakaian hitam mendekat. Dia
memhawa bejana di bahunya, dan kepalanya tertutup kerudung, tapi wajahnya
terbuka. Si bocah mendekatinya untuk bertanya tentang alkemis itu.
Saat itulah si bocah merasa waktu berhenti, dan Jiwa Buana menyentak dari
dalam dirinya. Ketika dia menatap mata hitam gadis itu, dan melihat bibirnya
bersikap antara tertawa dan diam, dia mengerti bagian terpenting dari bahasa
yang digunakan oleh seluruh dunia --bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang
di bumi dengan hati mereka. Itulah cinta. Sesuatu yang lebih tua dari umat
manusia, lebih purba dari gurun. Sesuatu yang menggunakan daya yang sama
kapanpun dua pasang mata bertemu, seperti rnata mereka kini dan di sini, di
sumur ini. Gadis itu tersenyum, dan itu pastilah sebuah pertanda --pertanda yang
telah dinantinya, bahkan tanpa dia sadari bahwa dia menantinya, sepanjang
hidupnya. Pertanda yang dicarinya bersama dengan domba-dombanya dan dalam
buku-bukunya, dalam kristal-kristal dan dalam kesunyian gurun.
Itulah Bahasa Buana yang murni. Ia tidak membutuhkan penjelasan, sebagaimana
alam semesta tak memerlukan apapun saat berjalan melewati waktu yang tiada
akhir. Apa yang dirasakan si bocah pada saat itu adalah bahwa dia berada di
hadapan satu-satunya perempuan dalam hidupnya, dan bahwa, tanpa perlu katakata,
gadis itu rnerasakan hal yang sama. Dia lebih yakin pada hal itu daripada
terhadap apapun di dunia ini. Dia pernah diberitahu oleh orangtua dan kakekneneknya
bahwa dia harus jatuh cinta dan benar-benar mengenal seseorang
sebelum terikat Tapi mungkin orang-orang yang merasakannya tidak pernah
memahami bahasa universal ini. Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah
untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun atau
di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa
lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan
kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan
oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan
suata jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impian-
impian seseorang akan tak bermakna.
Maktub, pikir si bocah.
radikal collection
Orang Inggris itu mengejutkan si bocah: "Ayo cepat, tanya dia!"
Si bocah mendekati gadis itu, dan ketika sang gadis tersenyum, dia pun
tersenyum.
"Siapa namamu?" dia bertanya.
"Fatima," kata gadis itu, memalingkan wajah.
"Di negeriku banyak perempuan yang bernama itu."
"Itu nama puteri Nabi," kata Fatima. "Para penyerbu membawa nama itu ke manamana."
Gadis cantik itu berucap tentang penyerbu dengan bangga.
Orang Inggris itu menyenggolnya, dan si bocah bertanya pada sang gadis tentang
orang yang menyembuhkan penyakit-penyakit manusia.
"Dialah orang yang mengetahui semua rahasia dunia," katanya. "Dia berkomunikasi
dengan para jin di gurun."
Jin-jin itu adalah roh-roh baik dan jahat. Dan gadis menunjuk ke arah selatan,
mengisyaratkan bahwa di sanalah orang asing itu tinggal. Lalu dia mengisi
bejananya dengan air dan pergi.
Si orang Inggris juga menghilang, pergi untuk mencari alkemis itu. Dan si bocah
terduduk lama di sana, di dekat sumur, mengingat suatu hari di Tarifa ketika angin
levanter membawa wangi perempuan itu, dan sadar bahwa dia telah mencintai
gadis tadi bahkan sebelum dia tahu gadis itu ada. Dia tahu cintanya pada gadis itu
akan memungkin-
kannya menemukan setiap harta di dunia.

0 comments:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs