Sunday, December 14, 2008

Penggumumuman....Penggumumuman...

Eh eh bwt yg mengunjungi blog ini, gw minta jgn cuma ngeliat doang. ksh komen kek, kritik, saran, ato pa ja. jdnya gw bisa mengoptimalisasi blog gw ini. jd jgn cuma ngeliat doank ya

Alchemyst: The Hand

Karena hanya tangan itulah yang mengerti bahwa ia adalah desain yang lebih besar
yang telah mengubah alam semesta ke titik saat enam hari penciptaan berkembang
menjadi sebuah Karya Agung.
Si bocah menjangkau ke Jiwa Buana, dan melihatnya sebagai bagian dari Jiwa
Tuhan. Dan dia melihat bahwa Jiwa Tuhan adalah jiwanya sendiri. Dan bahwa dia,
seorang bocah lelaki, dapat melakukan keajaiban-keajaiban.
HARI ITU SIMUM BERTIUP SEAKAN IA TAK PERNAH berhembus sebelumnya. Selama
beberapa generasi mendatang, orang-orang Arab akan menceritakan legenda
tentang seorang bocah yang dapat mengubah dirinya menjadi angin, nyaris
menghancurkan sebuah kemah militer, memenuhi tantangan ketua yang paling
berkuasa di seantero gurun.
Saat simum berhenti melanda, semua orang melihat ke tempat si bocah tadi
berada. Tapi dia sudah tidak ada di sana; dia berdiri di sebelah penjaga yang
tertutup pasir, di sisi yang jauh dari perkemahan itu.
Orang-orang itu ketakutan dengan ilmu sihirnya. Tapi ada dua orang yang
tersenyum: sang alkemis, karena dia telah menemukan murid yang sempurna, dan
pak ketua, karena murid itu telah memahami keagunganNya.
Di hari berikutnya, jenderal itu mengucapkan selamat tinggal pada si bocah dan
sang alkemis, dan menyediakan sekelompok pengawal untuk menemani mereka
sejauh yang mereka ingini.

Alchemyst: The Sun

Di perkemahan, sulit untuk melihat apapun. Orang-orang gurun sudah terbiasa

dengan angin itu. Mereka menamakannya simum, dan ia lebih buruk dari badai

laut. Kuda-kuda mereka meringkik-ringkik, dan semua senjata mereka terisi pasir.

Di ketinggian, salah seorang komandan berpaling pada ketua dan berkata,

"Mungkin lebih baik ini kita akhiri!"

Mereka hampir tidak dapat melihat si bocah. Wajah mereka tertutup kain biru,

dan mata mereka menunjukkan ketakutan.

"Ayo kita hentikan ini," kata komandan lainnya.

"Aku ingin melihat kebesaran Allah," kata ketua, dengan khidmat. "Aku ingin lihat

bagaimana seorang manusia mengubah diri menjadi angin."

Tapi dia telah mencatat dalam hati nama-nama dua orang yang menampakkan

ketakutan mereka. Segera setelah angin berhenti, dia akan memecat mereka,

karena lelaki gurun sejati tidak takut pada apapun.

"Angin berkata padaku bahwa kau tahu tentang cinta," kata si bocah pada

matahari. "Jika kau tahu tentang cinta, kau juga tentu tahu tentang Jiwa Buana,

karena ia terbuat dari cinta."

"Dari tempatku berada," kata matahari, "aku dapat melihat Jiwa Buana. Ia

berkomunikasi dengan jiwaku, dan bersama-sama kami menyebabkan tanaman

tumbuh dan domba-domiba mencari tempat berteduh. Dari tempatku berada --dan

aku sungguh jauh dari bumi-- aku belajar bagaimana mencintai. Aku tahu bahwa

bila aku sedikit saja mendekati bumi, semuanya akan mati, dan Jiwa Buana tidak

akan ada lagi Jadi kami saling menghayati, dan kami saling membutuhkan, dan

kuberi ia kehidupan dan kehangatan, dan ia beri aku alasan untuk hidup."

"Jadi kau tahu tentang cinta," kata si bocah.

"Dan aku tahu tentang Jiwa Buana, karena kami berbincang lama sekali selama

perjalanan tanpa henti melalui alam semesta ini. Ia memberitahuku bahwa

masalah terbesar adalah, sampai sekarang, hanya mineral dan sayuran yang

memahami bahwa segalanya satu belaka. Bahwa tak perlu lagi bagi besi untuk

menjadi sama dengan tembaga, atau tembaga sama dengan emas. Masing-masing

menjalankan fungsi pokoknya sendiri-sendiri sebagai suatu mahluk yang unik, dan

semuanya akan menjadi simfoni kedamaian bila tangan yang menulis semua ini

berhenti pada hari kelima penciptaan.

"Tapi ada hari keenam,"lanjut matahari.

"Kau ini jadi bijak, karena kau mengamati semuanya dari kejauhan," kata si

bocah. "Tapi kau tak tahu tentang cinta. Bila tidak ada hari keenam, manusia tak

akan ada; tembaga akan selalu cuma jadi tembaga, dan timah hanya jadi timah

belaka. Benar bahwa semua punya Legenda Pribadi masing-masing, tapi suatu hari

Legenda Pribadi itu akan terwuiud. Jadi tiap-tiap benda harus berubah untuk

menjadi sesuatu yang lebih baik, dan untuk mencapai Legenda Pribadi yang baru,

sampai, suatu ketika, Jiwa Buana rnenjadi hanya satu."

Matahari memikirkan tentang hal itu, dan memutuskan untuk bersinar lebih

terang. Angin, yang menikmati percakapan itu, mulai bertiup dengan daya yang

lebih besar, sehingga matahari tidak membutakan si bocah.

"Itulah sebabnya mengapa alkemi ada," kata si bocah. "Supaya setiap orang

mencari hartanya, menemukannya, dan kemudian ingin menjadi lebih baik dari

kehidupan sebelumnya. Timah akan memainkan perannya sampai dunia tak

memerlukan timah lagi; dan kemudian timah akan harus berubah menjadi emas.

"Itulah yang dikerjakan para alkemis. Mereka memperlihatkan bahwa, jika kita

berusaha menjadi lebih baik daripada diri kita sekarang, semua yang ada di

sekeliling kita pun rnenjadi lebih baik."

"Baiklah, mengapa kau mengatakan aku tidak tahu tentang cinta?" tanya matahari

pada si bocah.

"Karena bukanlah cinta namanya bila statis seperti gurun, bukan pula cinta

namanya bila menjelajah bumi seperti angin. Dan bukan cinta namanya bila

melihat semuanya dari kejauhan, seperti yang kau lakukan. Cinta adalah daya yang

mengubah dan meningkatkan Jiwa Buana. Saat pertama kali aku menjangkaunya,

kupikir Jiwa Buana itu sempurna. Tapi kemudian, dapat kulihat bahwa Jiwa Buana

sama seperti aspek-aspek ciptaan lainnya, dan memiliki hasrat-hasrat dan perangperangnya

sendiri. Kitalah yang merawat Jiwa Buana itu, dan apakah bumi yang

kita tinggali ini akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung pada apakah

kita menjadi lebih baik atau lebih buruk Dan di situlah daya cinta masuk. Karena

ketika kita mencinta, kita selalu berjuang untuk menjadi lebih baik daripada diri

kita sekarang."

"Jadi apa yang kau inginkan dariku?" tanya matahari.

"Aku ingin kau membantuku berubah menjadi angin," jawab si bocah.

"Alam tahu aku adalah mahluk terbijak," kata matahari. "Tapi aku tidak tahu

bagaimana mengubahmu menjadi angin."

"Lalu, aku harus bertanya pada siapa?"

Matahari berpikir sejenak. Angin mendengarkan dengan seksama, dan ingin

mengatakan pada setiap penjuru dunia bahwa kearifan matahari itu terbatas.

Bahwa matahari tidak dapat menghadapi bocah ini, yang bisa berbicara Bahasa

Buana.

"Bicaralah pada tangan yang menuliskan semuanya," kata matahari.

Angin berteriak kegirangan, dan bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Tendatenda

terhempas ke tanah dari pancangnya, dan hewan-hewan terbebas dari

tambatannya. Di tebing, orang-orang saling berpegangan saat mereka berusaha

bertahan agar tak tergeming.

Si bocah berpaling pada tangan yang menulis semuanya. Saat dia melakukan hal

itu, dia merasakan alam semesta terdiam, dan dia memutuskan untuk tidak bicara.

Arus cinta mengalir dari hatinya, dan si bocah mulai berdoa. Sebuah doa yang tak

pernah ia panjatkan sebelumnya, karena itu adalah doa tanpa pinta atau katakata.

Doanya tidak bersyukur karena domba-dombanya menemukan padang rumput

yang baru; tidak meminta agar si bocah dapat menjual lebih banyak kristal; dan

tidak memohon supaya perempuan yang telah dia jumpai terus menunggunya

puIang. Dalam kesenyapan, si bocah memahami bahwa gurun, angin, dan matahari

juga mencoba untuk

memahami tanda-tanda yang ditulis oleh tangan itu, dan ingin mengikuti jalanjalan

mereka, dan mencoba memahami apa yang telah ditulis di satu zamrud. Dia

melihat bahwa pertanda-pertanda tersebar ke seluruh bumi dan langit, dan bahwa

tidak ada alasan atau makna yang melekat pada kehadiran mereka; dia dapat

melihat bahwa baik gurun, atau angin, atau matahari, ataupun manusia, tidak tahu

mengapa mereka diciptakan. Tapi bahwa tangan itu mempunyai alasan untuk

semua ini, dan bahwa hanya tangan itu yang dapat melakukan keajaibankeajaiban,

atau mengubah laut menjadi gurun...., atau manusia menjadi angin.

Sunday, December 7, 2008

Alchemyst: The Wind

Angin sepoi mulai bertiup. Para warga suku itu memandang si bocah dari

kejauhan, berbicara di antara mereka dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh si

bocah.

Sang alkemis tersenyum.

Angin mendekati si bocah dan menyentuh wajahnya.

Dia tahu percakapan si bocah dengan gurun, karena angin

tahu segalanya. Mereka bertiup melintasi dunia tanpa tempat lahir, dan tanpa

tempat mati.

"Tolonglah aku," kata si bocah. "Suatu hari kau pernah mengantarkan suara orang

yang kucintai kepadaku."

"Siapa yang mengajarimu bicara bahasa gurun dan angin?"

"Hatiku," jawab si bocah.

Angin punya banyak nama. Di bagian dunia itu, ia dinamakan sirocco, karena

angin membawa uap lembab dari samudera ke timur. Di negeri jauh tempat asal si

bocah, mereka memanggilnya levanter, karena mereka percaya ia membawakan

pasir gurun, dan pekik-pekik perang bangsa Moor. Mungkin, di tempat-tempat di

luar padang rumput di mana domba-dombanya hidup, orang mengira bahwa angin

datang dari Andalusia. Tapi, sebenarnya, angin tidak datang dari manapun, atau

pergi ke manapun; itulah mengapa angin lebih kuat dari gurun. Suatu hari orang

mungkin menanam pohon-pohon di gurun, dan bahkan beternak domba di sana,

tapi mereka tak akan pernah bisa mengekang angin.

"Kau tak dapat menjadi angin," kata angin. "Kita adalah

dua hal yang sangat berbeda."

"Itu tidak benar," kata si bocah. "Aku mempelajari rahasia-rahasia para alkemis

dalam perjalananku. Di dalam diriku ada angin, gurun, lautan, bintang-bintang dan

semua ciptaan di bumi ini. Kita semua terbuat dari tangan yang sama, dan kita

punya jiwa yang sama. Aku ingin menjadi sepertimu, mampu mencapai setiap

pojok dunia, menyeberangi lautan, meniup pasir yang menutupi hartaku, dan

membawa suara perempuan yang kucintai."

"Aku mendengar apa yang kau bicarakan dengan sang alkemis kemarin," kata

angin. "Dia berkata bahwa semua benda mempunyai Legenda Pribadinya. Tapi

manusia tidak dapat mengubah diri mereka menjadi angin."

"Tolonglah ajari aku menjadi angin sebentar saja," kata si bocah. "Agar kau dan

aku dapat berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan ketakterbatasan manusia

dan angin."

Rasa ingin tahu angin muncul, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelurnnya. Dia

ingin bicara tentang hal-hal itu, tapi tidak tahu bagaimana mengubah manusia

menjadi angin. Dan lihatlah betapa banyaknya yang sudah diketahui angin cara

melakukannya! Dia sudah menciptakan gurun, mengaramkan kapal-kapal,

memusnahkan seluruh hutan, dan berhembus melalui kota-kota yang penuh musik

dan suara-suara aneh. Ia merasa tidak terbatas, tapi di tempat ini ada seorang

bocah yang berkata bahwa ada hal-hal lain yang mestinya bisa dilakukan oleh

angin.

"Inilah yang kita sebut cinta," kata si bocah, merasa bahwa angin bakal

mengabulkan permintaannya. "Bila kau dicintai, kau dapat melakukan apapun

untuk berkreasi. Bila kau dicintai, sama sekali tak perlu memahami apa yang

sedang terjadi. karena semuanya terjadi di dalam dirimu, dan manusia bahkan

dapat mengubah diri mereka menjadi angin. Sepanjang angin membantu, tentu

saja."

Angin adalah mahluk yang pongah, dan merasa terganggu dengan apa yang

dikatakan si bocah. Ia mulai bertiup makin kencang, membuat pasir-pasir terbang.

Tapi akhirnya ia harus mengakui bahwa, walau ia sanggup berjalan mengitari

dunia, ia tidak tahu bagaimana mengubah seorang manusia menjadi angin. Dan ia

tak tahu apa-apa tentang cinta.

"Dalam perjalanan-perjalananku mengelilingi dunia, aku sering melihat orangorang

bicara tentang cinta dan mendambakan surga," kata angin, kesal karena

menyadari keterbatasan dirinya. "Mungkin lebih baik bertanya pada surga."

"Kalau begitu, bantu aku melakukannya," kata si bocah. "Penuhi tempat ini

dengan badai pasir yang dahsyat sampai matahari tertutup. Hingga aku dapat

melihat surga tanpa membutakan diri."

Maka angin pun bertiup dengan segenap kekuatannya, dan langit dipenuhi pasir.

Matahari berubah menjadi cakram emas.

Alchemyst: The Desert

Dalam bagian kecil itu, dia telah menemukan orang Inggris, kafilah-kafilah, perang

antarsuku, dan oasis dengan limapuluh ribu pohon palem dan tigaratus sumur.

"Apa yang kau inginkan di sini hari ini?"gurun bertanya padanya. "Bukankah

kemarin kau sudah menghabiskan waktu memandangiku?"

"Di sebuah tempat kau menyimpan orang yang kucinta," kata si bocah. "Maka, saat

aku memandangi pasirmu, aku juga sedang menatap dia. Kuingin kembali padanya

dan aku perlu bantuanmu agar aku dapat mengubah diriku menjadi angin."

"Apakah cinta itu?" tanya gurun.

"Cinta adalah terbangnya elang di atas pasirmu. Sebab baginya, kau adalah ladang

hijau, tempat dia selalu kembali dari perburuannya. Dia kenal karang-karangmu,

bukit-bukit pasirmu, dan gunung-gunungmu, dan kau murah hati terhadapnya."

"Paruh burung itu membawa sedikit demi sedikit dariku, diriku," kata gurun.

"Bertahun-tahun, kupelihara mainannya, kuhidupi dengan sedikit air yang kupunya,

dan kemudian kutunjukkan pada elang di mana mainannya itu. Dan, suatu hari,

ketika aku menikmati kenyataan bahwa mainannya itu hidup di permukaanku, sang

elang menukik dari langit, dan mengambil apa yang telah kuciptakan."

"Tapi itulah sebabnya kau ciptakan buruan itu pertama kali," jawab si bocah.

"Untuk menghidupi elang. Dan elang kemudian menghidupi manusia. Dan, akhirnya,

manusia akan menghidupi pasirmu, tempat buruan itu tumbuh sekali lagi.

Begitulah jalannya dunia."

"Jadi itukah cinta?"

"Ya, itulah cinta. Itulah yang membuat buruan menjadi elang, elang menjadi

manusia, dan manusia, pada waktunya, menjadi gurun. Itulah yang mengubah

timah menjadi emas, dan membuat emas kembali ke bumi."

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," kata gurun.

"Tapi setidaknya kau mengerti bahwa di suatu tempat di pasirmu ada seorang

perempuan yang sedang menungguku. Itulah sebabnya aku harus mengubah diriku

menjadi angin."

Gurun tidak menjawab untuk beberapa saat.

Kemudian ia berkata kepada si bocah, "Akan kuberikan pasirku untuk membantu

angin bertiup, tapi, aku tidak mampu berbuat apapun sendirian. Kau harus minta

bantuan angin."

Alchemyst: The Love Story 4

SI BOCAH MELEWATKAN MALAM TANPA TIDUR DUA JAM sebelum fajar, dia
membangunkan salah satu anak yang tidur di tendanya, dan menyuruhnya
menunjukkan padanya di mana Fatima tinggal. Mereka pergi ke tendanya, dan si
bocah memberi temannya emas yang cukup untuk membeli seekor domba.
Kemudian dia menyuruh temannya untuk masuk ke dalam tenda tempat Fatima
sedang tidur, dan untuk membangunkan dan memberitahunya bahwa dia menunggu
di luar. Remaja Arab itu melakukan apa yang dimima kepadanya, dan diberi emas
yang cukup untuk membeli domba lainnya.
"Sekarang tinggalkan kami," kata si bocah pada anak Arab itu. Ia kembali ke
tendanya untuk tidur, bangga telah membantu penasihat oasis, dan gembira
mendapatkan uang untuk membeli domba sendiri.
Fatima muncul di pintu masuk tenda. Mereka berdua berjalan-jalan di antara
pohon-pohon palem. Si bocah tahu ini merupakan pelanggaran terhadap Tradisi,
tapi hal itu tidak dipedulikannya saat ini.
radikal collection
"Aku mau pergi," katanya, "Dan aku ingin kamu tahu bahwa aku akan kembali. Aku
mencintaimu karena..."
"Jangan berkata apapun," Fatima menyela. "Seseorang dicintai karena ia dicintai.
Tak perlu ada alasan untuk mencintai."
Tapi si bocah melanjutkan, "Aku mengalami sebuah mimpi, dan aku bertemu
dengan seorang raja. Aku menjual kristal dan melintasi gurun. Dan, karena sukusuku
menyatakan perang, aku pergi ke sumur itu, mencari sang alkemis. Jadi, aku
mencintaimu karena segenap alam semesta bersatu membantuku menemukanmu."
Keduanya berpelukan. Itulah saat pertama kalinya yang satu menyentuh yang
lain.
"Aku akan kembali," kata si bocah.
"Sebelum ini, aku selalu memandang gurun dengan kerinduan," kata Fatima. "Kini
akan dengan harapan. Ayahku suatu hari pergi, tapi dia kembali pada ibuku, dan
dia selalu kembali sejak itu"
Mereka tidak berkata apa-apa lagi. Mereka berjalan lebih jauh di antara palempalem,
dan kemudian si bocah meninggalkannya di pintu masuk tendanya.
"Aku akan kembali, seperti ayahmu kembali pada ibumu," katanya.
Dia melihat mata Fatima berlinang.
"Kamu menangis?"
"Aku ini perempuan gurun," katanya, memalingkan wajah. "Tapi bagaimanapun,
aku ini perempuan."
Fatima kembali ke tendanya, dan, ketika siang menjelang, dia keluar untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari yang telah dia kerjakan bertahun-tahun. Tapi
segalanya telah berubah. Si bocah tidak ada lagi di oasis, dan oasis ini tak akan lagi
punya arti yang sama seperti kemarin. Tempat ini bukan lagi tempat dengan
limapuluh ribu pohon palem dan tigaratus sumur, tempat para peziarah datang,
radikal collection
merasa lega di akhir perjalanan panjang mereka. Sejak hari itu, oasis menjadi
tempat yang kosong baginya.
Sejak hari itu, gurunlah yang menjadi penting. Dia memandangi gurun itu setiap
hari, dan mencoba menduga-duga bintang mana yang diikuti si bocah dalam
pencarian hartanya. Dia menitipkan kecupannya pada angin, berharap angin akan
menyentuh wajah si bocah, dan mengatakan padanya bahwa dia masih hidup.
Bahwa dia menunggunya, seorang perempuan yang menunggu seorang lelaki berani
yang sedang mencari hartanya. Sejak hari itu, baginya gurun hanya mewakili satu
hal: harapan kembalinya si bocah.

Alchemyst: The Love Story 3

Si bocah merasa sedih saat dia meninggalkan sang gadis hari itu. Dia memikirkan
semua gembala yang menikah yang dikenalnya. Mereka mengalami saat-saat yang
sulit untuk meyakinkan isteri-isteri mereka bahwa mereka harus pergi ke ladangladang
yang jauh. Cinta menuntut mereka untuk tinggal bersama orang-orang yang
mereka cintai.
Dia memberi tahu Fatima tentang hal itu, pada pertemuan berikutnya.
"Gurun mengambil para lelaki kami dari kami, dan mereka tidak selalu kembali,"
katanya. "Kami tahu itu, dan kami terbiasa dengannya. Mereka yang tidak kembali
menjadi bagian dari awan, bagian dari hewan-hewan yang bersembunyi di jurangjurang
dan dari air yang keluar dari bumi. Mereka menjadi bagian semuanya..,
mereka menjadi Jiwa Buana.
"Beberapa memang kembali. Dan kemudian perempuan- perempuan lainnya
gembira karena mereka percaya suami-suami mereka pun akan kembali suatu hari
nanti. Aku terbiasa melihat para perempuan itu dan iri pada kebahagiaan mereka.
Sekarang, aku juga akan menjadi salah satu dari perempuan-perempuan yang
menunggu.
"Aku ini perempuan gurun, dan aku bangga akan hal itu. Aku ingin suamiku
berkelana sebebas angin yang membentuk bukit-bukit pasir. Dan, jika terpaksa,
aku akan terima kenyataan bahwa dia telah menjadi bagian dari awan, dan hewanhewan,
dan air gurun."

Alchemyst: The Love Story 2

Ketika orang Inggris pergi, Fatima datang dan mengisi bejananya dengan air.
"Aku datang untuk memberitahu satu hal padamu," kata si bocah. "Aku ingin kamu
menjadi isteriku. Aku mencintaimu."
Bejana gadis itu terjatuh, dan airnya tumpah.
"Aku akan menunggumu di sini setiap hari. Aku telah menyeberangi gurun untuk
mencari suatu harta yang berada di satu tempat dekat Piramida, dan bagiku,
perang itu tampak seperti kutuk. Tapi sekarang ia adalah rahmat, karena ia
membawa diriku padamu."
"Perang akan berakhir suatu hari," kata gadis itu.
Si bocah melihat pelepah-pelepah kurma di sekitar. Dia mengingatkan dirinya
sendiri bahwa dia pernah menjadi seorang gembala, dan dia dapat kembali
menjadi gembala. Fatima lebih penting daripada hartanya.
"Warga-warga suku selalu mencari harta," kata gadis itu, seakan bisa membaca
apa yang sedang dipikirkan si bocah. "Dan perempuan-perempuan gurun bangga
pada pria suku mereka."
Dia mengisi kembali bejananya dan pergi."
Si bocah pergi ke sumur itu setiap hari untuk bertemu dengan Fatima. Dia
menceritakan pada sang gadis tentang hidupnya sebagai gembala, tentang raja itu,
dan tentang: toko kristal. Mereka menjadi teman, dan selain limabelas menit yang
dihabiskannya dengan gadis itu, tiap hari waktu seolah tak pernah beranjak. Ketika
dia sudah berada di oasis itu hampir satu bulan, pemimpin karavan mengundang
semua orang yang ikut rombongannya untuk rapat.
"Kita tidak tahu kapan perang akan berakhir, jadi kita tidak dapat meneruskan
perjalanan," katanya. "Pertempuran ini mungkin masih lama, barangkali tahunan.
Kedua pihak sama-sama kuat, dan pertempuran ini penting bagi pasukan perang
keduanya. Ini bukan pertarungan antara baik melawan jahat. Ini perang antara
kekuatan-kekuatan yang bertarung untuk mencapai keseimbangan kekuasaan, dan
bila perang seperti ini mulai, selesainya lebih lama dari perang-perang yang lain --
karena Allah berada di kedua pihak."
Orang-orang kembali ke tempat mereka tinggal, dan si bocah pergi untuk
menemui Fatima sore itu. Dia menceritakan padanya mengenai pertemuan tadi
pagi. "Sehari setelah kita bertemu," kata Fatima, "kamu bilang kamu mencintaiku.
Kemudian kamu mengajariku sesuatu tentang bahasa universal dan Jiwa Buana.
Karena itulah, aku menjadi bagian dari dirimu."
Si bocah mendengarkan nada suara gadis itu, dan merasakannya lebih indah
daripada suara angin di pelepah kurma.
"Aku telah menunggumu di sini di oasis ini sejak dulu. Aku telah melupakan masa
laluku, adat istiadatku, dan cara lelaki gurun mengharapkan perempuannya
berperilaku. Sejak masih kecil, aku telah memimpikan bahwa gurun akan
memberiku hadiah yang indah. Kini hadiahku telah tiba, dan itu adalah kamu."
Si bocah ingin menggenggam tangan gadis itu. Tapi tangan Fatima memegang
gagang kendi.
"Kamu telah menceritakan mimpi-mimpimu, tentang raja tua dan hartamu. Dan
kamu telah memberitahuku tentang pertanda. Jadi sekarang, aku tidak takut
apapun, karena pertanda itulah yang telah membawa dirimu kepadaku. Dan aku
adalah bagian dari mimpimu, bagian dari Legenda Pribadimu, seperti katamu.
"Itulah sebabnya aku ingin kamu terus menuju cita-citamu. Bila kamu harus
menunggu sampai perang selesai, tunggulah. Tapi bila kamu harus pergi
sebelumnya, teruskan pencarian mimpimu. Bukit-bukit pasir berubah oleh angin,
tapi gurun tak pernah berubah. Begitulah yang akan terjadi dengan cinta kita.
"Maktub," kata gadis itu. "Bila aku sungguh-sungguh bagian dari mimpimu, kamu
akan kembali suatu hari."

Alchemyst: The Love Story 1

Akhirnya, seorang perempuan muda yang tidak berpakaian hitam mendekat. Dia
memhawa bejana di bahunya, dan kepalanya tertutup kerudung, tapi wajahnya
terbuka. Si bocah mendekatinya untuk bertanya tentang alkemis itu.
Saat itulah si bocah merasa waktu berhenti, dan Jiwa Buana menyentak dari
dalam dirinya. Ketika dia menatap mata hitam gadis itu, dan melihat bibirnya
bersikap antara tertawa dan diam, dia mengerti bagian terpenting dari bahasa
yang digunakan oleh seluruh dunia --bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang
di bumi dengan hati mereka. Itulah cinta. Sesuatu yang lebih tua dari umat
manusia, lebih purba dari gurun. Sesuatu yang menggunakan daya yang sama
kapanpun dua pasang mata bertemu, seperti rnata mereka kini dan di sini, di
sumur ini. Gadis itu tersenyum, dan itu pastilah sebuah pertanda --pertanda yang
telah dinantinya, bahkan tanpa dia sadari bahwa dia menantinya, sepanjang
hidupnya. Pertanda yang dicarinya bersama dengan domba-dombanya dan dalam
buku-bukunya, dalam kristal-kristal dan dalam kesunyian gurun.
Itulah Bahasa Buana yang murni. Ia tidak membutuhkan penjelasan, sebagaimana
alam semesta tak memerlukan apapun saat berjalan melewati waktu yang tiada
akhir. Apa yang dirasakan si bocah pada saat itu adalah bahwa dia berada di
hadapan satu-satunya perempuan dalam hidupnya, dan bahwa, tanpa perlu katakata,
gadis itu rnerasakan hal yang sama. Dia lebih yakin pada hal itu daripada
terhadap apapun di dunia ini. Dia pernah diberitahu oleh orangtua dan kakekneneknya
bahwa dia harus jatuh cinta dan benar-benar mengenal seseorang
sebelum terikat Tapi mungkin orang-orang yang merasakannya tidak pernah
memahami bahasa universal ini. Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah
untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun atau
di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa
lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan
kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan
oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan
suata jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impian-
impian seseorang akan tak bermakna.
Maktub, pikir si bocah.
radikal collection
Orang Inggris itu mengejutkan si bocah: "Ayo cepat, tanya dia!"
Si bocah mendekati gadis itu, dan ketika sang gadis tersenyum, dia pun
tersenyum.
"Siapa namamu?" dia bertanya.
"Fatima," kata gadis itu, memalingkan wajah.
"Di negeriku banyak perempuan yang bernama itu."
"Itu nama puteri Nabi," kata Fatima. "Para penyerbu membawa nama itu ke manamana."
Gadis cantik itu berucap tentang penyerbu dengan bangga.
Orang Inggris itu menyenggolnya, dan si bocah bertanya pada sang gadis tentang
orang yang menyembuhkan penyakit-penyakit manusia.
"Dialah orang yang mengetahui semua rahasia dunia," katanya. "Dia berkomunikasi
dengan para jin di gurun."
Jin-jin itu adalah roh-roh baik dan jahat. Dan gadis menunjuk ke arah selatan,
mengisyaratkan bahwa di sanalah orang asing itu tinggal. Lalu dia mengisi
bejananya dengan air dan pergi.
Si orang Inggris juga menghilang, pergi untuk mencari alkemis itu. Dan si bocah
terduduk lama di sana, di dekat sumur, mengingat suatu hari di Tarifa ketika angin
levanter membawa wangi perempuan itu, dan sadar bahwa dia telah mencintai
gadis tadi bahkan sebelum dia tahu gadis itu ada. Dia tahu cintanya pada gadis itu
akan memungkin-
kannya menemukan setiap harta di dunia.


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs